Sabtu, 13 Agustus 2011

FTV Jadul - "Jangan Panggil Aku Cina"

Aku mau berbagi sedikit tentang sebuah film yang selalu terngiang2 sejak tahun 2002 pertama kali film ini tayang di FTV SCTV sampai sekarang. Judulnya "Jangan Panggil Aku Cina", yang dibintangi oleh Leony dan Teddy Syah, lokasi syuting di Sumatera Barat. Ceritanya sangat riil, sebagai orang Minang aku mengakui konflik yang ada dalam film ini memang sering dipertanyakan dan diperdebatkan orang2 Minang sendiri. Alhamdulillah film ini tayang dan mengedukasi banyak masyarakat, namun sayangnya film ini hanya FTV, tidak booming di bioskop, dan acting pemerannya masih sangat minimalis. Aku berharap film ini di-remake, secara ceritanya sangat bagus dan bermanfaat dan OST-nya juga menyentuh hati.

====

Cerita berawal dari seorang gadis keturunan Cina bernama Olivia (Leony) atau Pia, yang tinggal di Pondok (Pecinan di kota Padang). Keluarganya miskin, ia hidup dengan ibu, nenek dan seorang kakak laki2 angkat yang bukan orang Cina. Dari kecil ia sudah berteman dengan orang2 Minang, sehingga dia merasa dirinya adalah gadis Minang, dan ingin menikah sebagaimana adat Minang. Sementara itu, kakak laki2 angkatnya Remon, suka berjudi. Uang penghasilan dari penjualan usaha keripik balado keluarga pun diambil Remon untuk berjudi, sampai ia tak sanggup lagi membayar hutang2nya.

Suatu hari, seorang dokter yang baru bekerja di sebuah Puskesmas bernama Yusril (Teddy Syah) dimintai pertolongan oleh anak pertama dari mamaknya (mamak adalah saudara laki2 dari ibu) untuk membeli keripik balado di malam hari. Takdir mempertemukan ia dengan Pia, satu2nya toko keripik balado yang masih buka saat itu. (Sebagai orang Padang aku mengakui, yang jualan keripik balado di Padang emang orang Cina semua, wkwkwkwk...) Yusril pun membawa keripik balado pesanan itu ke rumah Mamaknya.

Yusril yang baru saja diangkat menjadi dokter tentu saja menarik perhatian keluarga Mamaknya. Apalagi Mamaknya-lah yang membiayai biaya perkuliahan Yusril. Istri si Mamak pun terfikir untuk menjodohkan Yusril dengan putri keduanya, Ana. Hal ini yang kita sebut dengan baliak ka bako, dimana anak dari seorang laki2 menikah dengan salah satu anggota keluarga besar laki2 tersebut. (Bako adalah keluarga ayah) Dan di usianya yang sudah hampir 30 tahun, ternyata Ana juga sudah lama memendam rasa pada Yusril. Maka ibu Ana pun sangat bersemangat menjodohkan Ana dan Yusril, apalagi beliau sangat yakin Yusril akan menerima pernikahan tersebut, karena sudah sepatutnya kemenakan yang sudah dibiayai sekolahnya oleh mamaknya mematuhi perintah mamaknya, termasuk menikahi anak dari mamaknya.

Di sisi lain, Yusril dan Pia pun semakin saling mencintai. Suatu saat, Pia dimintai tolong untuk merias pengantin. Disaat itulah dia baru mengetahui bahwa laki2 yang berasal dari Pariaman itu dibeli dengan uang penjemput. Uang penjemput merupakan adat yang dahulunya dipakai di seluruh daerah di Sumatera Barat. Namun kemudian tinggal beberapa daerah saja yang masih memakai adat itu, contohnya Padang dan Pariaman. Uang penjemput itu bukan untuk membeli laki2, tetapi sebagai penghormatan kepada keluarga laki2 yang telah membesarkan anak laki2 tersebut, karena untuk selanjutnya laki2 akan bertanggung jawab pada keluarga barunya. Pia pun diberi tahu bahwa laki2 bertitel dokter dan insinyur memiliki harga yang paling tinggi di Pariaman.

Betapa hancur hati Pia, ketika mengetahui ternyata Uda Yusril adalah orang Pariaman, dokter pula. Namun Yusril tak gentar, ia tetap melamar Pia dan memperkenalkan Pia pada ibunya. Ibu Yusril sangat marah karena wanita pilihan Yusril adalah gadis Cina. "Kenapa harus Cina, nak? Masih banya gadis Minang yang cantik2! Lalu bagaimana dengan agamanya?" Kemudian Yusril meyakinkan bahwa memang masih banyak gadis Minang yang cantik, tetapi pilihan hatinya jatuh pada Pia. Dan untuk urusan agama, ia yakin Pia bisa mengikuti suaminya.

Hal ini pun sampai ke telinga keluarga Mamak. Mereka pun kesal, kemudian menyampaikan syarat kepada Yusril apabila Yusril tidak mau menikahi Ana, yaitu Pia harus membayar uang penjemput sebesar 40 juta (ingat, ini settingannya tahun 2002 loh..). Ibu Yusril yang awalnya sudah merestui hubungan Yusril dan Pia pun jadi bingung. Bagaimana mungkin Pia bisa membayar 40 juta sementara keluarga Pia sangat miskin. Diam2, Yusril menjual mobilnya dan mendapat uang 20 juta dari penjualan mobilnya.

Sementara di keluarga Pia sendiri, ternyata nenek Pia menyimpan koin2 berharga yang nilainya bisa mencapai 40 juta. Beliau tidak pernah memberitahukan siapapun tentang koin2 emas itu, hingga akhirnya ada saat yang tepat untuk mengeluarkannya. Namun ternyata Remon pun memiliki hutang dengan nilai yang sama. Dan apabila tidak dibayarkan, rumah mereka akan disita. Pia pun mulai mengalah dan berniat menunda pernikahannya dengan Yusril dan membiarkan uang dari koin2 emas itu dibayarkan untuk hutang Remon. Namun ternyata Yusril mengajukan usul lain, ia punya 20 juta, dengan meminjam uang 20 juta lagi, mereka tidak perlu menunda pernikahan mereka.

Setelah perenungan panjang di keluarga Mamak, begitu juga Ana yang kemudian ikhlas melepas Yusril, mamak pun kemudian tidak tega melihat kondisi kemenakannya. Ia pun memanggil Yusril dan memberikan Yusril uang tunai 40 juta. "Uang itu silakan kau pakai untuk melanjutkan kuliahmu. Aku tidak keberatan kamu menikah dengan siapapun, jika itu wanita pilihanmu, aku tidak akan ikut campur. Maka aku membatalkan syarat uang penjemput itu." Yusril pun berterima kasih pada Mamaknya, dan kemudian ia dapat melangsungkan pernikahan dengan Pia, dengan uang penjemput simbolis menggunakan uang yang diberikan oleh Mamak sendiri, yang dibuat seolah2 berasal dari Pia.

====

Hikmah dari cerita diatas adalah, jikalau cinta, maka berbagai macam kesulitan dapat diatasi bersama, dan jika jodoh maka Tuhan akan selalu menunjukkan jalan terbaiknya. Jodoh itu di tangan Tuhan, bukan di tangan manusia. Manusia boleh berusaha, tapi Tuhan yang menentukan. Tidak ada persyaratan suku dalam hal jodoh.

Selain itu, pesan lain yang tersirat adalah mengenai adat Minang, terutama adat "membeli" di Pariaman. Memang ada makna tertentu yang tersirat dalam "uang penjemput" itu. Tapi di zaman modern ini, sudah sedikit keluarga yang masih menggunakan adat tersebut. Lagipula, hal itu hanya sekedar simbolis, mengenai dari mana uang itu berasal, bisa saja didiskusikan antara keluarga, karena untuk selanjutnya pemakaian uang tersebut juga akan tergantung oleh keluarga masing2. Apakah untuk keluarga baru kedua mempelai, atau untuk keluarga pihak laki2 saja, dsb.

Film ini lumayan menjawab banyak pertanyaan tentang adat Minang beli membeli yang satu ini, yang aku sendiri juga ribet mikirinnya. Kalau pendapat aku sendiri sih, keluarga yang baik adalah yang tidak mematok uang penjemput, karena anak laki2 yang mereka besarkan toh tidak bisa dinilai dengan uang, karena sebanyak apapun uang tak akan bisa membeli seorang laki2 Minang. :)

Jumat, 05 Agustus 2011

Puisi Sepanjang Masa

Aku pengen berbagi dikit sebuah puisi sepanjang masa yang selalu aku suka, sejak SD waktu pertama kali aku denger puisi ini di pelajaran Bahasa Indonesia, ampe sekarang, dan mungkin ampe masa yang akan datang. Karena maknanya.. terlalu indah dan terasa sampe ke hati.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan api kepada kayu
yang menjadikannya abu…

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada…

Karya : Sapardi Djoko Damono 


Puisi ini menyatakan ketulusan cinta seseorang. Kita akan mencintai seseorang dengan sederhana, tanpa meminta yang macam2, dan membiarkannya mengalir begitu saja. Memberikan perhatian, namun tak sempat mengungkapkan, bahkan hingga suatu saat cinta itu pun hilang begitu saja.

Tapi ya udah, biarin aja. Karena kita hanya mencintai seseorang dengan sederhana, tanpa harapan dan perhatian yang berlebihan. Tapi, kok katanya "ingin" ya.. Jangan2 pada kenyataannya, si penulis "terlalu" mencintai seseorang yang meninggalkannya, tapi ia berusaha agar cintanya tidak sedalam yang dia rasakan, karena ia harus mengikhlaskan. Jadi... ??? (i also still don't get the meaning of this poem *sigh..)

Rabu, 13 April 2011

Perjalanan ke Eropa 2 Minggu

Mau sedikit cerita neh, jadi ceritanya aku, bersama 8 teman ITB (Mas David, Kak Aiti dan Kak Alief dari S2 Teknik Geofisika; Kak Yosep dari S2 Teknik Geotermal, Kang Awan dari S2 Sains Kebumian, Mas Eko dari S3 Teknik Geofisika, Kang Andri calon dosen Teknik Geofisika dan Pak Armstrong dari S3 Teknik Geofisika) dan Pak Deni dosen Teknik Geofisika yang mengajukan proposal untuk kunjungan studi ke Jerman yang disponsori DAAD (jadi ini loh badan yang kasih beasiswa ke mahasiswa Indonesia dari pajak penghasilan produk Jerman seperti BMW, VW, dll yang dijual di Indonesia). Acara ini sekaligus untuk menjalin kerjasama riset dan akademik dengan beberapa universitas di Jerman. Oleh karena itu, acara studi ini membawa sampel mahasiswa yang mayoritas akan melanjutkan karirnya menjadi pengajar, sekaligus untuk menunjukkan sampel hasil penelitian mahasiswa pascasarjana ITB. Kebetulan juga kami mempresentasikan karya kami di European Geosciences Union (EGU) General Assembly 2011 yang diadakan di Vienna, Austria. Sambil menyelam minum fanta deh, hehe...

Sebagai mahasiswa termuda, aku mempresentasikan tugas akhir aku kemaren, sementara yang lain mempresentasikan cikal bakal tesis mereka, ada juga yang paper diluar tugas akhir, baik secara oral maupun poster. Dan sebagai kali pertama menggunakan paspor :) , aku sangat bahagia dengan kesempatan ini. Dan aku bakal berbagi cerita apa aja yang kita lakukan disana.
Minggu, 27 Maret 2011
Pukul 00.15 WIB, pesawat Emirates take-off dari Bandara Soekarno Hatta menuju Dubai International Airport dalam waktu 7,5 jam. Karena perbedaan waktu 3 jam, kami tiba di Dubai pukul 5. Menunggu 3 jam transit, kemudian melanjutkan penerbangan selama 6 jam menuju Frankfurt Airport, Jerman. Wiw, dengan perbedaan waktu 5 jam dengan Indonesia, di Jerman masih pukul 12.30, sementara kalau di Indonesia sudah saatnya maghrib, hehe... Sebagai orang Padang yang biasa tinggal di suhu panas, aku sangat kaget dengan suhu 11 C, padahal itu musim semi... Kami disambut oleh seorang tour guide  dari DAAD bernama Oliver Kurta, yang akan menemani perjalanan kami seminggu ke depan, dan juga dengan private bus yang kami gunakan beberapa hari.
Setibanya di Frankfurt, kami langsung menuju sebuah katedral di Speyer, dalam perjalanan menuju Karlsruhe. Kemudian langsung check-in di sebuah hotel di Karlsruhe pukul 17.00, dan mulai makan malam pukul 19.00 di restoran sebelah hotel. Menu pertama yang aku cicip di Jerman : Salmon Flammkuchen (pizza tipis dengan salmon dan kentang) plus coklat panas, hehe... 

Senin, 28 Maret 2011
 Setelah sarapan pagi di hotel pukul 06.30, kami berangkat menuju Karlsruhe Institute of Technology (KIT) pukul 08.30 untuk melakukan presentasi 7 menit. Setelah makan siang di Pizzeria (restoran Italia) dekat kampus, acara dilanjutkan dengan presentasi dari mahasiswa KIT, kemudian sorenya jalan2 dulu di Karlsruhe Schloss atau istana tempat berdiamnya raja Karls, yang merupakan pusat lingkaran dari kota Karlsruhe. Pada malam hari dilanjutkan dengan acara Geostammtich atau acara makan2 dengan mahasiswa KIT. Ada yang sudah PhD (S3), dan ada yang diploma (sistem belajar di Jerman adalah diploma yaitu gabungan sarjana dan master selama 5 tahun, sehingga tidak ada program S1 dan S2 secara terpisah). Disini para mahasiswa sangat menghargai Islam. Just say "no pork, no alcohol", they'll choose the best menu for you... Dan hebatnya, mereka sangat fasih dalam bahasa Inggris, namun sangat menghargai orang lain tanpa memberikan kesan dia lebih pintar  dan bisa segalanya daripada lawan bicaranya.

Selasa, 29 Maret 2011
Pukul 08.00 kami langsung berangkat menuju situs  riset geotermal di Soultz-sous-Forets, sebuah daerah di Prancis (perbatasan Jerman-Prancis). Lalu pukul 12.00 perjalanan dilanjutkan menuju Braunfels, sebuah kastil yang masih ada keluarga kerajaannya (sedikit di sebelah utara Frankfurt). Setelah puas foto2, tanpa makan siang perjalanan dilanjutkan menuju Hannover hingga pukul 21.00.  Setelah check-in, kami semua yang kelaparan langsung mencari restoran kebab terdekat dan makan kebab porsi kuli murah, dan banyak..

Rabu, 30 Maret 2011
 Hanya semalam di Hannover, menikmati free wifi di pagi hari kemudian check-out, kami langsung berangkat dengan koper2 kami yang dimasukkan ke bus, menuju Leibniz Institute of Applied Geophysics (LIAG) di Hannover. Pagi harinya kami mendengarkan presentasi dari para ahli di LIAG kemudian observasi peralatan perekaman seismik milik LIAG, lalu makan siang di kantin kampus, setelah makan siang dilanjutkan presentasi dari mahasiswa ITB. Kemudian kami mengunjungi  laboratorium LIAG, lalu ke BGR, badan yang mengamati seismogram di dekat LIAG. Pukul 17.00, acara selesai, dan kami meneruskan perjalanan ke Potsdam. Setibanya di Potsdam pukul 21.00, belum makan malam, dan lagi, kebab adalah menu makan malam kami. Dan private bus pun ikut meninggalkan kami.

Kamis, 31 Maret 2011 Pagi hari, dengan menaiki tram (kereta rel listrik) dan bis, kami berangkat menuju GFZ Potsdam, pusat penelitian kebumian terbesar di Eropa. Disana, kami banyak bertemu mahasiswa dari Indonesia, dan juga Pak Makky Jaya, peneliti kebumian asal Indonesia yang sudah lama di Jerman. Disambut oleh peneliti bagian geotermal, 7 mahasiswa ITB melakukan presentasi, bahkan dihadiri juga oleh Wakil Rektor ITB, Pak Wawan dan Atase Pendidikan KBRI Jerman, Pak Yul. Setelah mendengarkan presentasi dan makan siang di kantin GFZ, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kerjasama ITB-Potsdam. Setelah itu, kami juga melihat2 laboratorium di GFZ. Lalu perjalanan dilanjutkan ke sebuah kastil di Potsdam, yaitu Sanssouci yang memiliki kincir angin seperti Belanda. Malam hari setelah makan di kebab (lagi), kami pun packing karena besok check-out lagi.

Jumat, 1 April 2011

Perjalanan pagi ini adalah menuju Ketzin, situs penelitian injeksi CO2 atau CCS (Carbon Capture and Storage). Siang harinya bersama Pak Wawan dan Pak Yul, kami berangkat ke Berlin, menuju kantor DAAD sambil mendengarkan penjelasan gedung2 di Berlin oleh Oliver. Setelah dari DAAD, kami berangkat menuju KBRI, para laki-laki muslim stop dulu di mesjid KBRI untuk melaksanakan shalat Jumat yang dimulai pukul 13.30, lalu yang perempuan jalan2 di taman kota, hehe.. Setelah shalat Jumat, kami kumpul di KBRI dengan makan siang sop buntut dan telur balado (nikmatnya masakan Indonesiaaaa...), kemudian mendengarkan nasehat2 dari Pak Yul. Setelah itu, kami foto2 di KBRI, lalu melanjutkan perjalanan ke Brandenburg Tor, sebuah gerbang perbatasan Berlin barat dan timur saat Jerman belum bersatu. Malam harinya, kami berangkat nonton opera, yang jujur.. aku gak ngerti itu operanya tentang apa, hahaha... Dan setelah opera, kebab kembali jadi menu pilihan.

Sabtu, 2 April 2011


 Saatnya untuk sightseeing di Berlin. Hal pertama yang dilakukan adalah menuju kereta bawah tanah (subway) untuk menuju tujuan. Lalu kita mengunjungi istana terbesar di Berlin, yaitu Charlottensburg. Kemudian berlanjut makan siang di kebab, lalu melihat2 di sebuah museum sejarah di Berlin tentang Jerman bersatu. Kemudian ada waktu belanja coklat di Fassbander Rausch, lalu kita ke Charlie Checkpoint beli oleh2 trus ke sisa2 peninggalan Tembok Berlin. Kemudian menuju Potsdamer Platz lantai 24 dengan lift tercepatnya, dan melihat matahari terbenam disana. Kemudian malam hari kita makan di restoran Indonesia (yang mahal, tentu saja..) di Berlin. Setelah puas dengan layanan Bapak2 dari Salatiga si pemilik restoran, kami pun pulang ke hotel untuk beres2 dan menikmati malam terakhir di Jerman.



Minggu, 3 April 2011



Kami pun meninggalkan Jerman, melewati bandara Berlin-Tegel, dengan pesawat Air-Berlin menuju Vienna, Austria. Setelah perpisahan dengan Oliver dan mendapat sertifikat alumni DAAD, kami pun terbang selama 1 jam, kemudian sampai di Vienna dan langsung menuju apartemen. Sore hari kami pun langsung mengambil nametag di EGU, Vienna International Center atau Austria Center Vienna di Kaisermuhlen. Wow, di Vienna terasa lebih hangat, namun anginnya bow, kencangnya... Malam pertama di Vienna, diakhiri dengan kebab. (Agaaiiinn? hiks22...)

Senin, 4 April 2011

Hari pertama EGU, saatnya mendengarkan presentasi oral dan poster dari teman sendiri, dan juga lihat2 presentasi orang lain. Wow, banyak sekali geoscientist muda, bahkan banyak cewek, dan pintar tentu saja. Walaupun ada rasa ciut, tapi acara ini benar2 menumbuhkan motivasi. Apalagi para ahli (yang semakin ahli) memiliki ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk, semakin mau mendengarkan orang lain dan bersedia berbagi ilmu. (gak S.O.P lah intinya, haha...). Hari ini mulai masak sendiri di rumah, tapi apa daya yang tersedia hanya Indomie dan abon. Tak apalah, cukup...


Selasa, 5 April 2011
Mengawali hari dengan nasi goreng, haha.. Kemudian jalan2 di Stephanplatz, sebuah tempat yang penuh dengan Mozart. Mulai dari tempat diselenggarakannya drama musikal Mozart, kemudian tempat penjualan pernak-pernik dan coklat Mozart, dll. Kemudian aku mampir di Demel, sebuah toko coklat rekomendasi Oliver, dan aku pun beli Sachertorte atau kue coklat yang direkomendasiin Oliver. Dan rasanyaaaa super ueeenakk... Malemnya aku ketiduran, disaat yang lain makan di sebuah restoran aneh "All You Can Eat, Pay As You Wish" wkwk... jadi, perkirakan sendiri berapa biaya makanan Anda.


Rabu, 6 April 2011
Hari ini adalah waktunya jalan2, yaitu melihat2 sungai Donau yang sangat biru di sore hari, tapi jadi abu2 di pagi hari. Kemudian menyusuri Vienna, ke kastil2 tak dikenal (yang penting jalan2), sekaligus cek tiket menuju Bratislava. Kemudian kembali ke EGU. Lalu aku pulang, ketiduran, dan bikin makan malam di apartemen. Hehe..




Kamis, 7 April 2011
Setelah pagi hingga siang sibuk ke Mariahilferstrasse buat beli barang dan oleh2, pukul 16.00 pun kami naik perahu menuju Bratislava, Slovakia, menyusuri sungai Donau. Dalam waktu 45 menit, kami pun sampai di Slovakia. Foto2, terutama di sebuah benteng tak dikenal, kemudian jam 20.46 pun kami langsung kembali ke Vienna menggunakan kereta. Dengan total 30 euro, setidaknya bertambah satu negara yang dikunjungi.

Jumat, 8 April 2011 

Giliran aku jaga poster presentasi (lebih tepat dibilang begitu, karena EGU sudah sepi, jadi gak banyak yang liat2 presentasi poster...) sampai jam 12.00. Sementara pesawat kepulangan kita ke Indonesia take-off pukul 16.00. Untung saja fasilitas kereta bawah tanah membuat jarak tempat terasa dekat di Austria. Setelah itu, perjalanan pulang dimulai... 18 jam perjalanan membawa kami kembali ke tanah air. Penuh dengan kenangan indah, pelajaran dan ilmu yang bermanfaat, serta motivasi yang lebih besar.

Sabtu, 9 April 2011 
Pesawat Emirates kami mendarat di Soekarno Hatta pukul 15.30. Setelah menunggu bagasi, kami baru bisa pulang pukul 17.00, lalu shalat dan makan di rest area, dan tepatnya pukul 22.00 aku tiba dikosan dengan selamat, capek dan langsung tidur. Berharap mimpi indah ini belum berakhir, hehe...

Sungguh, ini bagiku adalah pengalaman yang sangat berharga. Diluar ini adalah pertama kalinya aku keluar negeri, pengalaman ini benar2 menunjukkan aku bahwa dunia itu sangat luas, dan ilmu itu sangat banyak, dan aku belum apa2, masih panjang jalan yang harus ditempuh, masih banyak orang yang bisa dijadikan guru, dan masih harus lebih giat lagi untuk mencapai masa depan cerah seperti yang kita inginkan.

Sabtu, 12 Maret 2011

Gempa Jepang 11 Maret 2011

Gempa yang baru aja terjadi dan mengagetkan kita bersama, terjadi pada pukul 05:46 (GMT) atau 14:46 (JST) dengan magnitudo 8.9 dengan kedalaman 25 km, 130 km di sebelah timur kota Sendai (berdasarkan data USGS). Gempa ini terjadi pada wilayah subduksi pertemuan lempeng Pasifik dan Eurasia. Sehingga berdasarkan jalur lempengnya sendiri, maka tsunami (harbour wave) bisa diperkirakan mencapai wilayah Indonesia timur, Hawaii, dan Amerika barat.

Tsunami setinggi 10 meter menghantam kota Sendai (Miyagi prefecture), depo minyak terbakar, kendaraan hanyut, namun kerusakan bangunan tidak separah kalau kita misalkan gempa ini terjadi di Indonesia. Jepang sudah mematuhi Building Codenya dengan baik. Namun menurut Bapak Irwan Meilano seperti yang beliau katakan di koran tempo, beliau memiliki rekan yang meneliti dan mengantisipasi gempa di Tohoku University di kota Sendai sendiri. Jepang adalah satu-satunya negara yang memiliki pengamatan GPS kontinu setiap 10 km dari pulaunya, memiliki jaringan Ocean Bottom Seismometer (OBS) ter-rapat di dunia, memiliki ahli kegempaan terbaik. Namun gempa yang terjadi kemarin adalah rahasia Tuhan yang tidak dapat diprediksi manusia, meskipun sudah ada aktivitas di daerah ini beberapa hari sebelumnya (situs)

Kemarin sekitar jam 1 sendiri (jam di Indonesia), aku sedang ikut kuliah Prof. Asanuma yang baru datang dari Sendai. Dan entah bagaimana kabar keluarga beliau, dan entah bagaimana nasibnya dengan kepulangan beliau ke Jepang yang direncanakan akhir minggu ini. Sabar ya, Pak.

Ada lagi satu hal menarik setelah membuka situs boston yang memperlihatkan gambaran masyarakat Jepang pasca gempa. Tidak seperti di Indonesia, kita tidak menemukan masyarakat yang berlinangan air mata disana. Mereka cukup siap, apalagi diberitakan jumlah kematiannya sedikit untuk gempa sebesar itu.

Menurut yang aku baca di sebuah situs, Jepang memiliki Tsunami Warning System di 6 regional, yang mengirimkan sinyal dari 180 stasiun seismik dam 80 sensor kapal yang dimonitor 24 jam sehari dengan Earthquake and Tsunami Observation System (ETOS). Kemudian Japan Meteorological Agency (BMKG-nya Jepang) akan mengirimkan warning lewat TV, sirene dan loudspeaker di setiap area lokal yang menandakan wajib evakuasi. Jepang juga membangun pintu air (floodgate) dan breakwater di daerah pantai. Semua sistem peringatan ini didanai $20 juta per tahun.

Akibat gempa Kobe 1995, Jepang semakin strict dengan masalah kode bangunan. Dari sejarah kegempaan sendiri,di Sanriku (masih di daerah Miyagi) terjadi gempa dengan magnitudo 8.5 pada tahun 1896 dan dengan magnitudo 8.1 pada tahun 1931. Gempa 11 Maret 2011  ini tercatat sebagai gempa terbesar ke-7 di dunia (dan data usgs pun berubah karenanya).

Mari kita berdoa untuk Jepang, semoga negara tersebut cepat pulih. Kalo gak, bagaimana nasib dengan elektronik, teknologi, ilmu dan hiburan :) yang bisa kita serap dari Jepang?

Sabtu, 05 Maret 2011

Gempa Padang 30 September 2009

Gempa yang terjadi satu setengah tahun yang lalu itu masih meninggalkan sisa2 kekhawatiran di mata masyarakat Sumatera Barat. Gempa yang terjadi pada kedalaman 81 km dan berada lebih dekat dengan pantai Padang dibandingkan zona subduksi sebelah barat Mentawai ini cukup mengguncang bangunan di Sumatera Barat, yang seperti halnya bangunan di Indonesia lainnya, tidak cukup kuat untuk menahan gempa. 
Lalu, apakah gempa tersebut merupakan yang selama ini dikhawatirkan oleh para peneliti akan mengguncang wilayah Sumatera Barat, Mentawai dan sekitarnya, atau dengan kata lain gempa besar berpotensi tsunami yang selama ini diprediksikan?
Gambar disamping menunjukkan area yang telah sobek akibat gempa yang terjadi di jalur subduksi sepanjang Sumatera. Misalnya akibat gempa Aceh 2004, gempa Nias 2005 dan gempa Bengkulu 2007. Gambar tersebut menunjukkan adanya area yang belum sobek di sekitar Sumatera Barat (warna jingga).
Tulisan lengkapnya ada disini.
Apabila terjadi gempa yang dapat merobek seluruh area yang belum sobek ini, maka diperkirakan gempa tersebut dapat mencapai magnitudo 8 - 9 SR. Sebuah simulasi tsunami memperkirakan pencapaian tsunami hingga  20 km dari pinggir pantai Padang setinggi 2 m. Namun itu adalah kemungkinan apabila hanya terjadi satu kali gempa besar, lain halnya apabila sobeknya area tersebut terjadi secara 'cicilan' oleh gempa2 kecil, sehingga dapat mengurangi potensi gempa besar tersebut. (Misalnya dengan gempa Mentawai Oktober 2010 kemarin, meskipun merupakan gempa 'cicilan', namun cukup memakan korban yang banyak. Namun setidaknya gempa tersebut mengurangi potensi gempa besar, meskipun kontribusinya tidak terlalu menenangkan.)
Zona subduksi adalah zona pertemuan dua lempeng, dimana salah satu lempeng memiliki densitas yang lebih berat, sehingga terjadi penunjaman terhadap lempeng yang densitasnya lebih ringan. Zona subduksi biasa terjadi pada pertemuan lempeng samudera terhadap lempeng benua.
Kemudian apabila dilihat dari lokasi gempa tersebut terhadap jalur subduksi sendiri, gempa tersebut tidak berada pada zona Wadati-Benioff (sepanjang jalur subduksi atau perbatasan lempeng).
Pernyataan ini juga diperkuat dalam paper McCloskey. Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada potensi gempa besar dan terjadinya tsunami di daerah Mentawai dan Sumatera Barat.

P.S Untuk pemerintah daerah sendiri, saat aku pulang kampung, aku sering denger di radio kalau pemerintah sudah menyediakan shelter2, kantung2 mayat, peta evakuasi, dll. Namun menurut pendapat aku sendiri sebagai putra daerah, hal ini bukannya malah menenangkan masyarakat bahwa warga Sumbar sudah siap menghadapi bencana. Yang ada malah terjadi kepanikan, berarti masyarakat Sumbar sudah harus siap2 mati... Begitulah pendapat banyak orang yang aku temui. Mungkin sebaiknya media tidak usah terlalu heboh dengan persiapan menghadapi bencana yang sudah dijalankan pemerintah, tetapi cukup instansi tertentu saja yang tahu. Kalau mau pamer udah siap, buat apa juga toh....

Contohnya saja, waktu itu pas di Padang sekitar bulan Desember, aku ngerasain sendiri gempa berskala 5 SR dengan kedalaman 15 km di sekitar kota Padang. Gempa ini terjadi di darat, namun guncangannya sangat kerasa. Orang2 berlarian kesana kemari, langsung naik ke tempat yang tinggi, jaga2 munculnya tsunami. Seluruh kegiatan terhenti, sekolah libur, macet dan klakson dimana2, warga benar2 panik. Menurut aku ada bagusnya, berarti masyarakat sudah tau apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa. Tapi sayangnya, akibat keadaan yang chaos ini, ada juga nyawa yang hilang akibat tabrakan, lari2an, dsb. Semoga di masa depan masyarakat Indonesia bisa lebih tenang dan bertindak cerdas dalam menghadapi bencana.

Gempa Kobe 1995


Salah satu gempa yang merusak dalam catatan sejarah adalah gempa yang terjadi di Kobe, Jepang. Gempa ini terjadi pada tanggal 16 Januari 1995 pukul 20:46 (GMT) atau 17 Januari 1995 pukul 05:46 (JST). Meskipun magnitudonya hanya 6.8 SR, namun gempa ini berlokasi di kedalaman 18 km di barat daya kota Kobe, tepatnya di Selat Akashi yang memisahkan pulau Honshu dan pulau Shikoku (Awaji Island). Korban yang tercatat USGS antara lain 5502 kematian dan 36.896 luka2. Banyaknya korban juga disebabkan oleh terjadinya pemadaman listrik, semburan api dan air serta tekanan bangunan terhadap tanah.
Jepang merupakan wilayah pertemuan tiga lempeng, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Laut Filipina dan lempeng Pasifik. Gempa Kobe sendiri terjadi akibat penunjaman lempeng Laut Filipina terhadap lempeng Eurasia (Palung Nankai). Sesar yang bergerak akibat gempa tersebut adalah sesar Nojima (Awaji Island), yang menunjukkan pergerakan geser ke kanan (right-lateral strike-slip) sepanjang 9 km dengan besar pergeseran 1,2 - 1,5 m. 
Kemudian, batuan yang berada di bawah permukaan daerah sekitar Kobe merupakan sedimen aluvial yang mengandung fluida. Meskipun bangunan di Jepang sudah memenuhi standar Building Code, namun akibat batuan bawah tanahnya yang lunak, bangunan2 di Jepang mengalami keruntuhan akibat likuifaksi (infiltrasi cairan dalam tanah sehingga menyebabkan batuan menjadi lunak, sehingga fondasi bangunan tidak kuat menopang, akibatnya batuan tertarik ke dalam tanah).

Menurut paper yang dibuat oleh Zhao et al yang dimuat jurnal Science Tomography of the Source Area of the 1995 Kobe Earthquake : Evidence for Fluid at the Hypocenter, lokasi hiposenter gempa ini sendiri berada pada wilayah yang mengandung fluid.

Misal dari cross section disamping, dari seismisitas yang diperoleh dari mainshock dan aftershock mulai dari magnitudo 1.5 dari sesar Nojima hingga sesar Suwayama. Poisson' ratio (rasio gelombang P dan S yang menunjukkan batuan semakin rigid apabila angka Poisson' ratio nya makin kecil) berwarna kuning menunjukkan harga yang semakin besar. Lokasi sekitar hiposenter (bintang) menunjukkan angka Poisson' ratio yang besar, artinya bahwa daerah tersebut banyak mengandung fluida.

Sebenarnya, apakah yang menyebabkan gempa bisa terjadi pada daerah yang mengandung fluida?
Gempa yang sama juga terjadi pada wilayah sesar Yamazaki (sejajar Palung Sagami, atau batas lempeng Pasifik dan lempeng Laut Filipina), bahwa hiposenternya juga berada pada daerah yang mengandung fluida.