Selasa, 30 Juli 2013

Some Other "Cari Jodoh" Theory...

27-28 Juli 2013.
Agenda kumpul2 aku dan temen2 deket cewek yang sekarang pun kami menyebut kelompok kami dengan nama "Uni2 Arisan Manggaro". Prinsipnya adalah cewek2 dari perkumpulan minang di kampus yang seangkatan n sekarang tinggal di jakarta, trus ngadain arisan. Ada gunanya juga grup whatsapp, jadi selain ngomongin arisan, kalo cewek2 dah kumpul (meski di dunia maya), kita bisa konsultasi apa aja.

N now, menyambung teori perjodohan sebelumnya, kembali lagi temenku Kiki yang lagi jalan2 di Jakarta, muncullah teori baru lagi. Kali ini tentang teknik cari jodoh. Berawal dari karaoke ama seorang temen cowok yang baru aja kami semua sadari "kualitas"nya, langsung lah mulai muncul quote2 baru, seperti:

1. Quote-nya Mario Teguh tentang : "Penyesalan itu memang datangnya di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran."
2. "Cewek itu ibarat roti, awal2nya enak tapi lama2 bisa basi. Tapi cowok itu kayak tape, makin disimpen lama malah makin enak. Padahal sama2 terbuat dari ragi."
 
Nah, muncul lagi pertanyaan, kenapa sih kita baru menyadari kehadiran teman2 kita yang oke itu baru sekarang?

3. Ibaratnya semua cowok punya nilai raport, mereka semua punya rata2 raport 8. Tetapi kita, para cewek, cenderung melihat mereka dari nilai 10-nya. Padahal di sisi lain mereka punya banyak nilai 7. Sementara orang2 di sekitar kita ini punya nilai 8 semua, bahkan tidak ada angka 7. Jadi, bukan lagi penentuan tipe dengan "Hal apa yang kamu sukai dari dia?" tetapi "Hal apa yang tidak kamu sukai dari dia?". Ketika sudah tidak ada lagi negatifnya, maka kita tidak punya alasan untuk menolak. Mungkin sebaiknya, mulai sekarang, dengan pertanyaan seperti itulah kita menilai kriteria seseorang yang baik untuk kita.

And then, muncul lagi pertanyaan. Laki2 yang memiliki rata2 8 itu mungkin saja tidak percaya diri untuk mendekati seseorang, karena biasanya cewek melihat yang angka 10. Lalu bagaimana memancing agar ia yakin kalau kita suka?

4. Jadi, some, cowok itu ibarat buah di sebuah pohon, yang mesti dikail dulu ama galah, baru bisa jatuh. Disitulah cewek mulai memasang galah buat mulai mengail2 si buah. Mungkin buah terlalu tinggi, maka carilah galah yang panjang. Atau galah sudah panjang, kitanya yang terlalu pendek, maka solusinya adalah move on. Carilah buah yang lebih mudah dijangkau. Mesti ga seranum buah yang tinggi, yang penting kita bahagia sama buah yang kita dapat.

Sudah bukan sesuatu yang memalukan lagi jika episode diganti berjudul "cewek mendekati cowok", toh itu hanya akan menjadi rahasia antara 2 orang. Kalau malu endingnya ga jadi, toh malu itu hanya antara 2 orang. Kalaupun si cowok nanti cerita2 sama orang lain kalo dia dideketin cewek, paling respon orang "ah, dia aja yang kegeeran."

Tetapi lumrahnya, kegencaran cewek ga seaktif cowok dalam usaha yang sama. Setidaknya cukup, hanya sampai pihak target mengetahui sinyalnya kalau dia disukai. Hahaha....

Lalu, apakah kita perlu hanya fokus pada satu target saja?

5. Jadi, ibaratnya ngantri di toilet. Kita emang ngantri di satu pintu. Tapi tetep juga lirik2 pintu yang lain, mana yang duluan keluar. Wkwk... Kalo istilah di toilet, kita nunggu pintu yang "enganged" bisa segera jadi "vacant". Itu namanya adalah alternatif agar kita ga stress disaat udah ngantri di satu pintu lamaaaa banget, tiba2 diserobot orang lain dari belakang. Siapa tau juga ada pintu lain yang tiba2 ga "engaged" lagi alias putus (ups...), disitu segera masuk, wkwk...

So, gencar boleh, ngasih sinyal boleh, tapi tetep prepare for the worst alias siap2 juga move on. Karena cewek kan kodratnya "menunggu", tapi kalo pihak yang "mencari"-nya ga mau2 walopun udah usaha macem2, tetep stay cool and say... "When one door closes, another door will open."

Semangatt!!! Semoga teori2 hasil diskusi n konsultasi ini bisa segera direalisasikan. Amin...

Sabtu, 22 Juni 2013

My Friend Told Me About This : "Perjodohan Bukanlah Solusi Tunggal"

Berawal dari pembicaraan para wanita2 yang mikirnya terlalu kemana2.. haha... Her name is Kiki, she said "perjodohan itu bukanlah suatu solusi tunggal, tetapi merupakan himpunan." Aku dan teman2ku lainnya, Anne, Indri, Anita, Mutiara, Rini, Fitria kemudian mulai pasang telinga dengan seksama. Well, kata2 yang keluar dari pemudi mantan olimpiade matematika yang kini sedang bekerja di sebuah perusahaan di Singapura ini, ga bisa dianggap main2.

Oke, kita mulai dari sebuah ayat Quran "wanita yang baik hanya untuk laki2 yang baik". Lalu bagaimana dengan isu jumlah wanita lebih banyak daripada laki2? Atau bagaimana kasus poligami? Orang yang mati muda lalu tidak sempat menikah? Orang yang suami/istrinya meninggal lalu ia menikah lagi? Bahkan, bagaimana dengan sepasang gay, apakah jodohnya adalah sepasang lesbi? Bagaimana pula dengan "jodoh di akhirat"?

Akhirnya, terciptalah persamaan baru. Bahwa yang namanya jodoh, itu bukanlah solusi tunggal, tetapi sebuah himpunan. Bisa saja berupa irisan, union, atau bahkan diluar diagram venn tersebut. Bahwa ada manusia yang bertemu jodohnya sekali, lebih, atau tidak bertemu sama sekali (di dunia). Dan mungkin saja jodoh A dengan jodoh B adalah orang yang sama (beririsan). Atau jodoh A = B, tetapi jodoh B tidak sama dengan A. Logika matematikanya mungkin seperti itu.

Karena, pernah baca dari status seseorang, nama jodoh kita tidak ditulis sejak kita lahir. Kalau berdasarkan ayat Quran diatas, bisa saja ketika kita buruk, jodoh kita adalah si A yang buruk, dan ketika kita insaf jadi baik, jodoh kita ganti jadi si B yang baik.


Hal ini mungkin sama dengan persamaan y=mx+c. Jadi kalo misalnya kita adalah x, dan pasangan kita adalah y, maka itu yang sering disebut pasangan adalah sekufu dengan kita.

Perumpamaan dari temanku itu, jika kita X, suami kita Y. Awalnya Y itu orang biasa. Trus setelah menikah, dia jadi bintang FTV, jadi ganteng, terkenal, mapan. Nah, untuk menjaga "kepantasan" (seperti kata Mario Teguh katanya), maka X harus tetap berada pada bilangan yang sesuai agar y selalu = mx+c. Jika tidak sesuai, disitulah bisa terjadi keretakan dalam rumah tangga, bahkan "berganti jodoh". Nah, pernah denger kan, ketika ada yang bercerai trus ada yang bilang "mereka sudah tidak berjodoh lagi".

Bahkan Rini menimpali, dosennya pernah mengatakan bahwa ada paper yang judulnya "Mathematics of Marriage". Wah, jangan2 teori2 ini ada pendukungnya. Hahaha...

Sekian sharing dari saya, katanya Kiki ntar mau publish versi lengkapnya. Let's wait, hahaha....