Sabtu, 22 Agustus 2015

Trip To Thailand



5-11 Agustus 2015, berikut aku mau berbagi itinerary perjalanan aku dan teman-teman kosan selama di Thailand. Terdiri dari Iktri (Teknik Geofisika 2006), Ipit (Farmasi 2006), Mita (Kimia 2003), Indri (Teknik Sipil 2006) dan Yana (Teknik Sipil 2008), 5 alumni ITB yang ngekos di kawasan Banjarsari dan Belakang Citos ini beli tiket PP Jakarta-KL-Bangkok sejak bulan September 2014, mumpung promo Air Asia. Kami dapet tiket Rp. 1.224.000, berdasarkan promo 0 rupiah dari Air Asia pas malam itu.
Mendekati keberangkatan, barulah kami rencanakan jalan-jalan kemananya. Hari Selasa aku pun nitip menukarkan uang rupiah ke baht dengan nominal IDR 400 untuk THB 1. Bermodalkan 3 juta alias THB 7500, aku berharap bisa pas selama disana. Rabu 5 Agustus 2015, perjalanan dimulai dari kosan, kemudian pesawat take-off jam 20.30 dari terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, jam 23.30 (waktu setempat) kami pun tiba di Kuala Lumpur International Airport 2 buat transit. Tanpa pengambilan bagasi karena semua koper masuk kabin, sambil menunggu next flight ke Bangkok, kami istirahat sampai penerbangan selanjutnya pukul 06.00. Istirahatnya bener2 istirahat lho.. Bermodalkan kain sarung, aku tidur di salah satu pojokan di KLIA2 sampai harus naik ke pesawat selanjutnya.
Day 1
Pukul 08.00 kami tiba di Don Mueang International Airport di Bangkok. Hal pertama yang kami lakukan adalah mengganti SIM card dengan produk setempat, TRUE, seharga 299 Baht untuk kuota 1.5 GB selama 7 hari. Hmm.. bingung sama transportasi di Bangkok? Pas di informasi, segera aja minta brosur Bangkok yang isinya peta lalu lintas angkutan umum di Bangkok. Setelah ambil peta, kami menaiki Bus A1 dari airport ke Mo Chit sejauh 16 km dengan harga 30 Baht. Setelah itu, kami sambung dengan BTS Skytrain seharga 42 Baht menuju terminal Ekkamai sejauh 20 km dari Mo Chit. Setiba di Ekkamai pun kami singgah dulu makan KFC di Gateway, mall dekat Ekkamai. Cukup dengan 69 Baht, menu KFC sini punya cita rasa yang khas, ada bumbu-bumbu khas Thailand, seperti daun ketumbarnya, dan juga saos sambel warna oranye yang langsung bikin kami bilang “wow” dan fix bakal cari sambel ini.
Sekitar Pukul 12.00, kami pun berangkat dari Terminal Ekkamai menuju Pattaya, sejauh 137 km, dengan tarif 119 Baht. Sesampainya di terminal Pattaya pukul 14.30, kami langsung menaiki Songtaew alias Tuk tuk menuju hotel kami di Pratamnak seharga 50 Baht. Akhirnya kami sampai di depan South Beach Condominium, room 505. Tempatnya nyaman dan enak, dengan harga 2000 Baht per malam, alias per orangnya cuma Rp. 160.000 per malam. Dengan tempat yang feels like home dan dekat pantai ini, Pattaya jadi mengesankan. 

Rute perjalanan dari airport ke Pattaya, dan dari hotel di Pattaya ke Walking Street

Suasana di Terminal Ekkamai, karcis dan bus Bangkok - Pattaya, dan kenampakan Songtaew a.k.a Tuk Tuk di Pattaya

Sedikit gambar di South Beach Condominium, tempat kami menginap

Habis beberes di hotel, disini perjalanan kami dimulai. Makan seadanya yang ada di 7-eleven demi menghindari pork and lard, trus beli buah aneh yang dalemnya manggis, luarnya sawo, entah apa namanya. Trus sunset di Pratamnak Beach, lanjut malemnya liat Walking Street yang sering jadi buah bibir. Weits, pantesan banyak yang ngelarang kami jangan masuk Walking Street. Dengan modal penasaran, kami sih tetep masuk, dan ternyata emang itu adalah etalase maksiat di Pattaya. Yah mumpung cuma 2,5 km dari hotel, dan cuma 20 baht naik Songtaew a.k.a Tuk Tuk, apa salahnya sih melepas penasaran, hehe... Ohya, Songtaew itu mobil pick-up yang diatasnya dikasih tempat duduk dan atap, jadi angkot tapi versi outdoor lah. 
Laper, kami pun beli Mango Sticky Rice di Walking Street yang menurut kami paling enak daripada yang kami makan lainnya. Trus, lanjut makan kebab di restoran Turki terdekat.


Pemandangan Pratamnak Beach dan Walking Street
Day 2
Paginya kami berangkat menuju Big Buddha atau yang disebut Wat Phra Kao Yai. Patung Buddha yang gede dan diatas bukit ini cukup menarik dilihat dari hotel. Kami pun jalan kaki kesana, mumpung cuma 1,4 km. Pendakiannya lumayan, nyampe atas bisa lihat patung Dewi Kwan Yim, patung Kera Sakti dan kawan-kawan, dan patung-patung lainnya. Nanjak sedikit lagi menuju Big Buddha... no, there’s a problem. Pintu gerbangnya dijaga dua anjing yang selalu menggonggong kencang dan mengejar kami. Mungkin karena kami jilbaban kah? Disitu banyak orang, tapi cuma kami yang diserang. Walau dibantu oleh orang sekitar, akhirnya kami mengurungkan niat menuju Big Buddha. Kami cuma lihat dari jauh, lalu kami berbalik, melanjutkan ke perjalanan selanjutnya.

Wat Phra Kao Yai atau Big Buddha, cuma bisa liat patung Kera Sakti, ga nyampe Big Buddha-nya
Selanjutnya adalah ke sebelah Big Buddha, yaitu Pattaya Hill Top. Disana bisa lihat pemandangan pantai Pattaya dari atas. Juga terdapat tugu Admiral Krom Luang Jumborn Khet Udomsakdi yang merupakan pahlawan angkatan laut Thailand. Setelah dari sana, kami pun melanjutkan perjalanan sejauh 33 km ke Silverlake dengan menyewa Songtaew 140 Baht per orang. Wisata yang terkenal dengan kebun anggur, grapejuice dan wine tasting gratis ini, lalu Giant Laser Buddha atau Khao Chi Chan, menurut aku adalah wisata yang paling aku sukai di Thailand. Keliling Silverlake sendiri menggunakan kendaraan khusus dengan tarif 100 baht per orang, include jus anggur gratis. Kemudian kami berfoto di depan Laser Buddha. 

Pemandangan Pattaya Hill Top dan Admiral kebanggan

Silverlake alias kebun anggur, dan Giant Laser Buddha di sebelahnya
Kemudian lanjut perjalanan 17 km ke Mimosa, disini kami berpisah dengan Songtaew karena driver-nya harus pulang. Biaya masuk Mimosa adalah 99 Baht, karena sebelumnya kami beli online. Jika langsung beli di tempat, tarif untuk turis adalah 600 Baht. Jauh kan?
Pasca makan siang di 7-eleven di pintu gerbang Mimosa, dan shalat di area Mimosa, kami resmi memasuki Mimosa pukul 2 siang. Tak ada yang begitu spesial, mungkin es kelapa seharga 40 Baht-nya boleh dicoba. Pemandangannya ya toko-toko aja. Habis nge-degan, malah ngopi Ice-Americano 65 Baht di Mr. Coffee. Katanya sih, jam 15.00 ada pertunjukan. Entah cabaret show macam apa. Itulah yang bikin kami penasaran, walo udah bosen, kami tetep nunggu jam 3. Daaan... ga taunya, cabaret show ini dipersembahkan oleh para Lady Boy di Pattaya. Geli-geli dikit, tapi kami turut menikmati acaranya. Di akhir acara, kami pun berfoto dengan salah satu Lady Boy, dan ternyata ngajak foto itu ga gratis. Kami masing-masing harus bayar 20 Baht. Haha... Tapi yang jelas, bagi aku Mimosa itu paling mengesankan, ampe sekarang chant-nya bakal jadi theme song kami lah.
Mimosa... Mimosa.. Mimosa Mimosa Pattaya...
Indriii, Ipiiit, Kak Mitaaa, Yanaaa, masih ingat kan? Hahaha...

Yang bisa dinikmati di Mimosa. Modern view, coconut, coffee and lady boy's show.


Foto dengan salah satu Lady Boy, yang ternyata sebagai cewek kami juga gemeteran, dan terjebak harus bayar 20 Baht per orang
Sepulang dari Mimosa, kami mampir dulu ke Mesjid Darul Ibadah, yang ga sengaja kami temukan gara-gara aku kebelet pipis dan Songtaew berhenti di pertigaan. Setelah istirahat sejenak di Rumah Allah, kami melanjutkan perjalanan sekitar 1 km ke Pattaya Beach untuk menikmati sunset. Barulah setelah itu kami pulang kembali ke hotel.

Masjid Darul Ibadah, mesjid di Pattaya.
Pattaya Beach
Day 3
Pagi-pagi kami isi dengan istirahat dan packing. Ini saatnya untuk check-out dan menuju Bangkok. Dengan sewa songtaew 60 Baht per orang, kami pun berangkat ke terminal. Dengan harga yang sama dengan berangkat, pukul 12.00 kami pun menaiki bus Pattaya-Bangkok seharga 119 Baht. Setiba di terminal Ekkamai, kami cukup berjalan kaki sejauh 1 km ke hotel kami, The XP Hotel. The XP Hotel ini cukup murah, kalo dihitung-hitung kami per orang per hari sama dengan saat di Pattaya, yaitu 400 Baht per day atau Ro. 160.000. Beres check-in dan istirahat sejenak di kamar 1005, kami pun menuju schedule berikutnya, acara puncak dari trip Thailand ini, yaitu ke Chatuchak Weekend Market, wkwk.. Cukup dengan BTS seharga 42 Baht Ekkamai – Mo Chit sejauh 20 km, di hari Sabtu ini kami belanja super banyak di Chatuchak. Disana kita akan menemukan barang-barang unik yang bisa dijadikan oleh-oleh. Harganya lebih terjangkau daripada di Jakarta, dan barangnya pun etnis dan khas sana banget. Ga bakal nyesel lah kalo beli.
Puas 2 jam belanja, kami pun makan malam di Siam Paragon, kembali naik BTS Mo Chit – Siam seharga 42 Baht sejauh 11 km. Disini kami berjumpa dengan teman-teman Kak Mita, warga Thailand yang dulunya sama-sama kuliah doktoral di Toyota Institute of Technology di Nagoya. Bersama 3 wanita cantik ini, kami makan di restoran bernama Laem Cha-Reon Seafood dengan menu tom yam yang warnanya ga merah, trus ditambah cumi kuah yang enak juga, kepiting saos telor asin, fish cake yang dibikin kayak pergedel, ikan gurame goreng dan sayur kangkung. Kali ini makan-makan disponsori oleh Pee Kaew, salah satu teman Kak Mita. Disana kalo manggil kakak dengan panggilan “Pee”, sementara panggilan adek adalah “Nong”. Setelah makan seafood enak ini, kami kembali ke hotel, kembali dengan BTS Siam – Ekkamai seharga 37 Baht sejauh 9 km.

Atas : Pattaya menuju The XP Hotel Bangkok, cuma liatin nomer kamar aja, hehe.. Bawah : Menuju Siam Paragon dari Chatuchak Weekend Market, makan di Laem Cha-Reon bersama Pee Kaew, Pee Au dan Pee Nae.
Day 4
Hari ini kami cukup menikmati wisata Bangkok. Paginya kami berangkat dengan bus (seperti Kopaja atau bus kota) nomor 48 AC, sejauh 15 km dari hotel dengan harga 17 Baht saja. Kami menuju Wat Pho, salah satu candi yang cukup terkenal di Bangkok.  Perbedaan candi di Thailand dibanding di Indonesia adalah modelnya yang mirip dimanapun di Thailand, trus warnanya yang cenderung warna-warni dan keemasan, sementara di negara kita cenderung seperti apa adanya warna batu. Bermodal 100 Baht untuk masuk ke dalam kawasan Wat Pho, kami berkeliling setiap rumah-rumah berisi patung Buddha, foto-foto di depan stupa-stupa yang berbeda, trus gratis 1 botol air mineral.
Lokasi yang dekat dengan Grand Palace, kami pun sempat menikmati pemandangan di Grand Palace. Rencananya setelah ini kami mau lanjut belanja lagi di Chinatown. Sekitar pukul 14.00, kami pun berjalan dari Grand Palace menuju Tha Chang, salah satu halte Chao Phraya Express (transportasi sungai, a.k.a perahu) sejauh 1 km. Kami akan melewati 3 halte menuju halte Rachawongse, menaiki perahu dengan bendera oranye ini sejauh 2 km selama 15 menit dengan harga 15 Baht. Dari sini, bermodalkan GPS, kami berjalan menuju Chinatown sejauh 600 m. Namun sayang tidak ada yang menarik untuk dibeli. Alhasil, kami beristirahat sejenak di mall Grand China. Salah sendiri gara-gara duduk di lantai, kami pun diusir security. Haha..

Foto-foto di Wat Pho (kanan) dan Grand Palace (kiri)

Sambil menunggu Chao Phraya Express (atas), dan melepas kepenatan sebentar di Grand China (bawah) yang bikin diusir ama security. Haha...
Disini kami harus berpisah dengan Kak Mita, beliau harus pulang duluan ke Jakarta karena urusan mendadak. Kak Mita langsung ke bandara, sementara kami melanjutkan perjalanan. Teringat belum makan siang, sekitar jam 15.30, kami berjalan sejauh 550 m menuju Mega Plaza, karena disitu ada McD. Dengan menu yang sedikit berbeda dengan Jakarta, kami makan di McD, disini aku menghabiskan sekitar 69 Baht, shalat di restoran alias sambil duduk, kami pun melanjutkan perjalanan ke target berikutnya.
Target kami adalah menuju Thip Samai, restoran Pad Thai yang terkenalnya kemana-mana. Sayang nih restoran baru buka jam 17.00. Selesai makan di McD, kami jalan lagi menuju Thip Samai sejauh 850 m. Kalo dipikir-pikir, hari Minggu ini kami banyak jalan kakinya. Haha... Sesampainya jam 16.30 di Thip Samai, kami termasuk antrian 10 terdepan. Di belakang kami sudah banyaaak sekali yang mengantri. Tepat waktu, kami cukup menikmati Superb Pad Thai seharga 90 Baht, dan tidak lupa membeli jus jeruk yang pulpy banget, harganya 85 Baht. Harga yang murah lho untuk sebuah resto terkenal dengan tempat yang nyaman. Ga bakal nemu di Jakarta. Haha...

Pad Thai terkenal di Thip Samai. Kudu coba deh..
Setelah itu, berjalan sedikit dari Thip Samai menuju halte, kami menaiki metromini nomor 8 ke dekat persimpangan seharga 9 Baht, lalu dilanjutkan dengan metromini nomor 2 seharga 6.5 Baht. Perjalanan sejauh 13 km ini kami tempuh hampir 1 jam, karena kami melewati jalanan umum yang macetnya hampir mirip lah sama di Jakarta.
Day 5
Hari ini adalah perjalanan terpenting buat aku, pagi-pagi kami naik bus 2 seharga 6.5 Baht menuju Siam Center. Aku dan Ipit beli tiketnya secara online jauh hari sebelum ke Thailand, biar dapet diskon 50%. Pasti udah pada pernah denger, Madame Tussauds, manakin para selebritis atau politisi yang dibuat persis dengan aslinya. Udah banyak sih cabangnya dimana-mana, tapi kalo yang di Thailand, ada beberapa artis Thailand-nya kan, terutama Nichkhun 2PM dan Mario Maurer “Pee Mak” yang cukup aku sukai. Haha... Harga aslinya adalah 850 Baht, karena kami beli seminggu sebelumnya dengan kartu kredit di situs Madame Tussauds Bangkok, kami cukup membayar 425 Baht. Disini ada Bung Karno lho. Ada Obama, artis Hollywood seperti Nicholas Cage, Johnny Depp, Jolie-Pitt, dll dan juga penyanyi seperti Katy Perry dan Taylor Swift. Ada juga selebritis Chinese seperti Jackie Chan dan Jay Chou, atau tokoh legendaris seperti Beethoven, Einstein, Pavarotti, dll. Tak lupa artis-artis Thailand yang banyak aku tak kenal. Ada tokoh kartun juga kayak Doraemon dan Hello Kitty, atau atlet seperti Beckham, Yao Ming, dll. Cukup puas lho berfoto-foto dengan mereka, walaupun palsu. Hahaha....

Foto bareng Nichkhun 2PM dan Mario Maurer "Pee Mak" di Madame Tussauds Bangkok. Cuma pengen publish foto yang ini aja, haha..
Siangnya kami meeting point di MBK sama Indri dan Yana. FYI, MBK-Siam Center itu seberang-seberangan, bahkan ada connecting bridge, jalan kaki cuma 400 m. Disini kami belanja snack buat oleh-oleh di Tops Market, lantai G. Aku belanja kopi Khao-Song buat oleh-oleh di kantor. Ada juga beli saos sambel yang warnanya agak oranye, sejak makan di KFC udah menarik hati kami lah. Trus juga stik ikan yang cukup murah, dan yang paling penting beli Thai tea sachet, hehe...
Selesai belanja, kami pun makan di Yana Restaurant, restoran halal di lantai 5 MBK. Menunya adalah resume makan-makan kami sebelumnya, yaitu Tom Yam dan Pad Thai. Rasanya mungkin masih kalah dibanding yang kami makan sebelumnya, tapi restoran halal ini cukup cozy, enak dan murah. 

Tom Yam di Yana Restaurant, restoran halal di MBK. Lupa foto Pad Thai-nya saking lapernya..
Setelah makan, kami kembali pulang menaiki BTS Siam – Ekkamai. Malamnya setelah maghrib, kami menuju destinasi terakhir perjalanan kami, yaitu Asiatique. Lokasinya sekitar 13 km dari hotel. Dengan menggunakan BTS seharga 42 Baht, kami berangkat dari Ekkamai – Siam yaitu jalur Shukumvit, lalu transit ke jalur Silom dari Siam menuju Saphan Taksin. Dari stasiun Saphan Taksin ini, ada free shuttle boat ke Asiatique, karena menuju kesana kita harus menyebrangi sungai Chao Phraya. Sabar mengantri saja lah, meskipun ada speedboat, harganya cukup mahal. Cari yang gratis saja lah.
Sesampai di Asiatique, menikmati pemandangan saja sudah cukup. Bisa juga kalau mau beli-beli snack atau barang-barang unik. Naik ferris wheel? Hmm... sayang euy 400 Baht, haha.. Paling kami jalan-jalan trus duduk sambil menikmati Mango Sticky Rice dengan 3 warna ketan yang kami beli sebelumnya di Thong Lo. Setelah itu kami kembali ke hotel, persiapan packing untuk balik besok.

Asiatique
Day 6
Ini adalah hari perjalanan pulang. Kami check-out hotel jam 9, trus belanja dulu di 7-eleven buat bekal di bandara. Lalu kami berangkat dari Ekkamai-Mo Chit naik BTS, lanjut Mo Chit- Don Mueang naik bus A1. Setibanya di bandara jam 11, kami melakukan check-in di pesawat, trus makan siang hasil belanjaan di sevel yang tak lain dan tak bukan adalah onigiri, menu favorit kami selama di Thailand, haha... Pesawat kami take-off jam 13.30 menuju Kuala Lumpur.

Ki-ka : peta perjalanan hotel-airport, menu favorit di 7-eleven, kartu single trip BTS (bawahnya ada Mango Sticky Rice), dan contoh kuitansi bayar ongkos naik metromini-nya Bangkok.
Setibanya di KLIA2 jam 16.00, kami menghabiskan waktu dengan shalat, makan, shalat disana. Mushalla di KLIA2 itu bagus banget, besar, mewah, terpisah cewek-cowok, dan bahkan nyaman kalo mau tidur2an, hehe.. Makan pun kami di KFC, sungguh pecinta fast food ya kami ini..
Pukul 21.30 pesawat kami take-off,  pukul 23.30 kami tiba di Jakarta. Setelah beres urusan imigrasi, ambil barang, naik taksi pulang, akhirnya touch-down kosan jam 01.30. Haha... hanya beberapa jam menuju jam ngantor. Hiks2...
Pengalaman yang indah dan super, karena kami cewek-cewek pergi tanpa guide. Dan seminggu kemudian kami mendengar kabar bahwa terjadi bom di Chit Lom, satu stasiun sebelum Siam, daerah yang sering kami lewati. Sungguh beruntung kejadiannya bukan pas kami disana, alhamdulillah yaaa..
Ohya, buat yang perlu referensi, ini nih itinerary kami.

 

Dan kira-kira beginilah budget secara umum :
Tiket pesawat                      Rp. 1.224.000
Airport tax & bagasi           Rp.    450.000
Hotel                                   Rp.    800.000
Transport & Entry Fee       Rp.    864.000
Makan dan jajan                 Rp.    700.000
Taxi Soetta-kos PP             Rp.    200.000
Total                                   Rp. 4.238.000

Oleh2? Ehm, itu privacy ya.. Berangkat dengan 6000 Baht alias Rp. 2.400.000 di Thailand exclude biaya tiket, airport tax dan hotel, itu sudah cukup lho, asal beli oleh-olehnya tau diri aja. Hehe..
Yang udah punya rencana ke Thailand, silakan segera direalisasikan. Ga mahal kok, dan ga mesti pake tour guide. Aku aja ngerasa kalo balik lagi kesana sendiri juga bisa. Bahkan aku berminat menetap disana.

Have fun and enjoy your trip!

Nonton Konser Big Bang MADE TOUR INA

1 Agustus 2015. Hari bersejarah buat aku.
Grup vokal yang terdiri dari G-Dragon, TOP, Taeyang, Daesung dan Seungri ini sudah aku kenal sejak tahun 2007, waktu itu aku lihat video klip mereka yang berjudul "Last Farewell". Akhirnya setelah 8 tahun mengenal mereka, aku pun berkesempatan buat liat mereka langsung di Indonesia Convention and Exhibition (ICE) di BSD jam 19.00 - 21.00.
Walaupun pemegang tiket termurah dan berdiri jauh banget dari yang nyanyi, kesempatan ini bakal jadi momen yang ga terlupakan lah.

Aku selalu suka semua lagu Big Bang, bahkan yang mereka solo, duet ataupun sekedar featuring member yang lain. Apalagi yang album MADE ini. Mereka mengemas 8 lagu dengan unik. Pertama rilis adalah album M (Loser, Bae Bae), kemudian A (Bang Bang Bang, We Like 2 Party), lalu D (If You, Sober) dan E (Let's Not Fall In Love, Zutter).

Coba deh dengerin lagu-lagu mereka. Walaupun masuk ke dalam dunia K-Pop, alirannya bener-bener beda. Makin didengerin makin enak, mau slow atau upbeat, mau mellow atau lirik hardcore, semuanya oke. Walaupun ga ngerti artinya. Plus yang nyanyi kece-kece.

Do you know something? Ada beberapa hal yang menarik dari Big Bang diluar performance dan skill mereka yang tiada banding. Awalnya YG Entertainment hanya ingin rilis duo, yaitu GD-Taeyang. Namun CEO mereka, Yang Hyun Suk pun memilih menambah anggota. Yang satu adalah TOP, yang bela2in diet, atau Daesung yang selalu underrated masalah tampang. Dan juga Seungri yang dianggap terlalu muda dan tidak sesuai genre.



Tapi, tahun 2006 sampai sekarang mereka masih tetap utuh, bahkan jadi grup paling talented di Korea. Bahkan banyak hal-hal negatif juga yang jadi rumor, dan mereka pun sempat hiatus beberapa bulan. Buktinya, mereka tetap superior di kancah K-Pop, dan semakin mendunia. Ada yang bilang, mereka berawal dari idol, dan sekarang telah menjadi artist. Apalagi yang namanya G-Dragon, punya taste yang bener-bener unik, namun karya-karyanya luar biasa. 

I will always be your fan, Big Bang..

Ini nih, walaupun di pojokan, saya tetap fans. Haha..
Satu lagi kenangan di konser ini. Aku kesini sendiri, karenanya aku harus cari-cari transportasi PP kesana dari kosan. Alhasil di twitter nemu yang bisa sharing, yaitu Indotravelsisters. Disini aku berjumpa sama 4 VIP (nama fans-nya Big Bang) yang juga adalah cewek-cewek hampir sebaya dan karyawan di Jakarta. Wow, ternyata yang macam aku gini banyak lo, haha.. Dan sampe di ICE juga aku nemu beberapa cewek yang juga jalan sendirian, hampir sebaya juga.

So, nonton konser ga ada temen? Tenaaang, disana pasti nemu temen. Dijamin!

Trip To Papandayan



Jangan tanya idenya dari mana, yang penting realisasinya. Aku sama temen2 kantor diantaranya Handoyo, Mbak Erhan, Aan, Hanif, Galih, Robi, Abghy, Mas Aksin dan istrinya melakukan perjalanan ke Papandayan tanggal 8-10 Mei 2015.
Setelah persiapan yang kata mereka akunya sok rempong, haha, akhirnya Jumat, 8 Mei 2015, jam 10 malem, kami mulai dari meeting point di kosan Mbak Erhan, lalu menuju Kampung Rambutan naik Koantas Bima 509. Sesampainya di Kampung Rambutan, kami pun naik Bus Budiman yang kalo ga salah harganya Rp. 52.000 buat sampai ke Garut, selama kurang lebih 3 jam perjalanan. Sesampainya di Garut kami bisa sewa mobil pick-up per orangnya Rp. 20.000 buat langsung sampe di Gunung Papandayan. Tapi di tengah jalan kami mampir dulu di pasar buat beli sayur-sayuran buat masak di tenda nanti, trus beli kerupuk ama martabak buat makan sambil perjalanan. 

Sampe di Papandayan jam 4 pagi, beli-beli kaos kaki, mask, sarung tangan, pop mie, kopi, barulah kami shalat subuh di Camp David yang merupakan titik nol perjalanan ke Papandayan. Akhirnya ready sekitar jam 6 pagi, kami start jalan, pelan-pelan tapi pasti sambil menikmati pemandangan. Jalanannya cukup landai, penuh dengan batu-batuan. Untuk menghilangkan penat, kami kebanyakan selfie2 dan ketawa2 dulu biar lebih menikmati perjalanan. Ga lama, sekitar 2-3 jam perjalanan (aku ga begitu inget saking capeknya), akhirnya kami berhenti di area yang bernama Pondok Saladah. Disini lah kami membangun tenda, trus masak buat makan siang trus istirahat melepas penat.
Rameeee banget nih gunung, banyak pendaki-pendaki amatir yang naik. Disini juga dilengkapi sama toilet umum yang kabarnya adalah donasi dari Komunitas Pecinta Alam ITB. Saking ramenya, bahkan antri di toilet bisa sampai berjam-jam. Ohya, disini juga dilengkapi mushola.
Sekitar pukul 4 sore barulah kami melanjutkan perjalanan ke Hutan Mati, yang isinya adalah pohon-pohon yang memang mati, tidak berdaun lagi. Dengan suhu yang dingin dan pemandangan yang seolah-olah lagi film Twilight ini emang bagus banget buat foto-foto dan gaya ala-ala. Kami pun menikmati sunset disini.
Foto-foto di Hutan Mati pake gaya ala-ala

Foto Full Team (satu-satunya..)
Agak malam, kami kembali ke tenda bersama rombongan lain dan bermodalkan senter untuk penerangan. Acara malam ini ditutup dengan makan dan ngobrol bersama. Ada sedikit kenangan disini, tengah malem aku pingin ke toilet. Dalam keadaan mengantuk, aku pun ga liat ada tanah yang agak menjorok, jadilah aku keseleo disini. Keseleo disini bikin aku 2x berobat urut ke Haji Naim di belakang Citos, dan baru bisa balik normal lagi setelah 1 bulan. Haha...
Besoknya, kami berniat menikmati Sunrise di puncak. Apa daya, mata ga kebangun. Aku pun cuma bisa menikmati sunrise di toilet karena saking antrinya. Setelah beres makan sekitar jam 11 siang, barulah kami jalan lagi menuju Tegal Alun, yang kabarnya adalah taman edelweis Papandayan. Melewati rute yang ekstrim (yang hikmahnya adalah meningkatkan kepercayaanku sama temen2ku ini), akhirnya kami sampai di Tegal Alun. Dalam keadaan haus namun tetap happy liat taman yang indah ini, disinilah segala pose2 foto dikerahkan. 
Foto-foto di Tegal Alun pake acara lompat2an
Emang bener kata orang, jika kamu ingin melihat suatu keindahan, emang butuh perjuangan. Semakin tinggi dan semakin indah pemandangannya, semakin kamu berusaha dan semakin kamu tidak menyangka bahwa kamu bisa melewatinya. Jangan cepat puas, keindahan yang kamu lihat sekarang akan terasa lebih indah lagi ketika kamu lihat dari tempat yang lebih tinggi. Naik gunung itu, emang banyak hikmahnya. Hal lain selain itu adalah, kamu semakin mengenal orang-orang yang berjalan bersamamu.
Yap, jika kamu ingin berjalan cepat, maka berjalanlah sendiri. Tapi jika kamu ingin berjalan jauh, maka berjalanlah bersama-sama.

I’m waiting for the next “nanjak” ya teman2.....

Trip To Palangkaraya



Pas natalan, 25-29 Desember 2014, sambil mengunjungi Abang yang dinas selama 5 tahun di Palangkaraya, plus kangen liat istri dan anaknya juga, akhirnya aku menginjakkan kaki ke tanah Kalimantan. Pertama kali juga buat adekku, tapi ini kedua kali buat Mama, karena sebelumnya udah pernah ke Pontianak.
Kami banyak menghabiskan waktu di rumah, tapi setidaknya Abang juga ngajakin maen ke Rumah Adat Bentang, Bukit Batu, Arboretum Orang Utan Nyaru Menteng dan Danau Tahai. Tak banyak yang bisa dikunjungi disini, tapi setidaknya Palangkaraya yang dulu pernah jadi rumor bakal jadi ibukota negara ini masih tergolong sepi. Untung aja Bioskop 21 udah masuk sini, haha..