Sabtu, 05 Maret 2011

Gempa Padang 30 September 2009

Gempa yang terjadi satu setengah tahun yang lalu itu masih meninggalkan sisa2 kekhawatiran di mata masyarakat Sumatera Barat. Gempa yang terjadi pada kedalaman 81 km dan berada lebih dekat dengan pantai Padang dibandingkan zona subduksi sebelah barat Mentawai ini cukup mengguncang bangunan di Sumatera Barat, yang seperti halnya bangunan di Indonesia lainnya, tidak cukup kuat untuk menahan gempa. 
Lalu, apakah gempa tersebut merupakan yang selama ini dikhawatirkan oleh para peneliti akan mengguncang wilayah Sumatera Barat, Mentawai dan sekitarnya, atau dengan kata lain gempa besar berpotensi tsunami yang selama ini diprediksikan?
Gambar disamping menunjukkan area yang telah sobek akibat gempa yang terjadi di jalur subduksi sepanjang Sumatera. Misalnya akibat gempa Aceh 2004, gempa Nias 2005 dan gempa Bengkulu 2007. Gambar tersebut menunjukkan adanya area yang belum sobek di sekitar Sumatera Barat (warna jingga).
Tulisan lengkapnya ada disini.
Apabila terjadi gempa yang dapat merobek seluruh area yang belum sobek ini, maka diperkirakan gempa tersebut dapat mencapai magnitudo 8 - 9 SR. Sebuah simulasi tsunami memperkirakan pencapaian tsunami hingga  20 km dari pinggir pantai Padang setinggi 2 m. Namun itu adalah kemungkinan apabila hanya terjadi satu kali gempa besar, lain halnya apabila sobeknya area tersebut terjadi secara 'cicilan' oleh gempa2 kecil, sehingga dapat mengurangi potensi gempa besar tersebut. (Misalnya dengan gempa Mentawai Oktober 2010 kemarin, meskipun merupakan gempa 'cicilan', namun cukup memakan korban yang banyak. Namun setidaknya gempa tersebut mengurangi potensi gempa besar, meskipun kontribusinya tidak terlalu menenangkan.)
Zona subduksi adalah zona pertemuan dua lempeng, dimana salah satu lempeng memiliki densitas yang lebih berat, sehingga terjadi penunjaman terhadap lempeng yang densitasnya lebih ringan. Zona subduksi biasa terjadi pada pertemuan lempeng samudera terhadap lempeng benua.
Kemudian apabila dilihat dari lokasi gempa tersebut terhadap jalur subduksi sendiri, gempa tersebut tidak berada pada zona Wadati-Benioff (sepanjang jalur subduksi atau perbatasan lempeng).
Pernyataan ini juga diperkuat dalam paper McCloskey. Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada potensi gempa besar dan terjadinya tsunami di daerah Mentawai dan Sumatera Barat.

P.S Untuk pemerintah daerah sendiri, saat aku pulang kampung, aku sering denger di radio kalau pemerintah sudah menyediakan shelter2, kantung2 mayat, peta evakuasi, dll. Namun menurut pendapat aku sendiri sebagai putra daerah, hal ini bukannya malah menenangkan masyarakat bahwa warga Sumbar sudah siap menghadapi bencana. Yang ada malah terjadi kepanikan, berarti masyarakat Sumbar sudah harus siap2 mati... Begitulah pendapat banyak orang yang aku temui. Mungkin sebaiknya media tidak usah terlalu heboh dengan persiapan menghadapi bencana yang sudah dijalankan pemerintah, tetapi cukup instansi tertentu saja yang tahu. Kalau mau pamer udah siap, buat apa juga toh....

Contohnya saja, waktu itu pas di Padang sekitar bulan Desember, aku ngerasain sendiri gempa berskala 5 SR dengan kedalaman 15 km di sekitar kota Padang. Gempa ini terjadi di darat, namun guncangannya sangat kerasa. Orang2 berlarian kesana kemari, langsung naik ke tempat yang tinggi, jaga2 munculnya tsunami. Seluruh kegiatan terhenti, sekolah libur, macet dan klakson dimana2, warga benar2 panik. Menurut aku ada bagusnya, berarti masyarakat sudah tau apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa. Tapi sayangnya, akibat keadaan yang chaos ini, ada juga nyawa yang hilang akibat tabrakan, lari2an, dsb. Semoga di masa depan masyarakat Indonesia bisa lebih tenang dan bertindak cerdas dalam menghadapi bencana.

2 komentar: